KEGIATAN
2
PEMBUATAN MEDIA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain peralatan kultur jaringan, media merupakan salah satu factor utama
dalam keberhasilan kultur. Media kultur jaringan tanaman harus berisi semua zat
yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam.
Media kultur jaringan memiliki karakteristik masing-masing. Artinya tidak semua media dapat digunakan pada semua kultur tanaman. Karena beberapa media yang ada memiliki perbedaan knadungan dan konsentrasi zat-zat yang diperlukan atau digunakan pada kultur.
B. Tujuan
Praktikum ini
bertujuan untuk:
- Mengetahi dan mempraktikan cara membuat larutan stok
- Mengetahui dan mempraktikan cara membuat medium MS (Murashige & Skoog)
- Melakukan sterilisasi medium
II. TINJAUAN PUSTAKA
Media tanam harus berisi semua zat yang
diperlukan untuk menjamin kebutuhan eksplan. Bahan-bahan yang diramu berisi
campuran garam mineral sumber unsur makro dan unsur mikro, gula, protein,
vitamin, dan hormon tumbuhan. Berhasilnya kultur jaringan banyak ditentukan
selain kondisi aseptic juga oleh media tanam. Campuran media yang satu, dapat
cocok untuk jenis tanaman tertentu, tetapi dapat kurang cocok untuk jenis
tanaman yang lain.
Dalam kultur jaringan, unsur-unsur
diberikan tidak dalam bentuk unsur murni, tetapi berupa senyawa berbentuk
garam. Sebelum dicampurkan kedalam media tumbuh, garam-garam mineral itu
haruslah lebih dahulul dilarutkan dalam konsentrasi tertentu, sehingga dalam
media tumbuh nantinya jumlah tiap gram benar sesuai dengan ketentuan sebagai
pelarut dipakai akuades (Rahardja, 1995)
Untuk memenuhi factor pertumbuhan
tanaman, media kultur jaringan yang baik mengandung (Anonimous, 2009) :
1.
Hara anorganik. Ada 12 hara
mineral yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang
dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam
kultur jaringan, unsur – unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur.
2.
Hara organic. Tanaman yang
tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua
kebutuhan bahan organiknya. Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa
ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup
untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke
media. Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin,
piridoksin dan inositol biasanya ditambahkan.
3.
Sumber karbon. Tanaman
dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan karena mereka tidak cukup
mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media.
Sumber karbon ini menyediakan energy bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai
bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan
untuk tumbuh.
4.
Agar. Umumnya jaringan
dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar
atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel. Konsentrasi agar yang
digunakan berkisar antara 0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi
sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman
sangat buruk. Untuk mengatasi
masalah ini, produk baru bernaman Agargel telah diproduksi ole Sigma. Produk
ini merupakan campuran agar dan gel sintetis dan menawarkan kelebihan kedua
produk sekaligus mengurangi problem vitrifikasi. Produk ini dapat dibuat di lab
dengan mencampurkan 1 g Gelrite (Phytagel) dengan 4 g agar sebagai agen
pengental untuk 1 L media.
5.
pH. media biasanya diatur pada kisaran 5.6 – 5.8
tapi tanaman yang berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk pertumbuhan
optimum. Jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan
jika pH kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat.
6.
Zat Pengatur Tumbuh. Pada media umumnya
ditambahkan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh akan dibahas
tersendiri pada minggu 13.
7.
Air. distilata biasanya
digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak lab menggunakan aquabides (air
destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan ekonomi, menggunakan air hujan,
tapi ini menyebabkan sulit mengontrol kandungan bahan organik dan non-organik
pada media.
8.
Pemilihan Media. Jika tidak ada informasi awal,
biasanya mulai dengan media MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung
konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi dibandingkan media lain, dan
telah sukses digunakan pada berbagai tanaman dikotil.
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada acar
pembuatan media ini adalah magnetic stirrer, timbangan analitik, tabung
Erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, pipet makro, pipet mikro dan pipet tetes,
pengaduk, pemanas kompor, pH meter, botol kultur, autoklaf, aluminium foil,
plastic seal. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain media MS dengan
kandungan unsure makro, unsure mikro, besi, vitamin, ZPT berupa Kinetin dan
IAA, bahan pemadat berupa agar “Swallow”, Sukrosa, KOH atau NaOH 1M, dan HCL
1M.
B.
Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan stok
a.
larutan stok a merupakan
larutan hara makro, dibuat 10 kali dilarutkan dalam 1000 ml aquades.
b.
Larutan stok B merupakan
larutan hara mikro, dibuat 1000 kali dilarutkan dalam 100 ml aquades.
c.
Larutan stok C merupakan
campuran FeSO4.7H2O dan Na2-EDTA. Dibuat 100
kali dan dilarutkan kedalam 200 ml aquades.
d.
Larutan stok D merupakan larutan vitamin kecuali
mio-inositol, dibuat 100 kali kedalam 200 ml aquades.
e.
Larutan stok E merupakan larutan mio-inositol,
dibuat 100 kali dan dilarutkan kedalam 100 ml aquades.
f.
Larutan stok F merupakan larutan ZPT, dibuat 100
kali kedalam 500 ml aquades.
2. Pembuatan Media kultur
a.
Aquades Sebanyak 500 ml
dipersiapkan didalam Erlenmeyer ukuran 1000 ml. larutan stok A, B, C, D, E, dan
F dimasukan kedalam Erlenmeyer sesuai dengan yang dibutuhkan. Untuk pembuatan
1L medium, maka stok A diambil sebanyak 100 ml, stok B diambil 5 ml, stok C
diambil 5 ml, stok D diambil 50 ml, stok E untuk auksin dan sitokinin
masing-masing 1 ml. semau bahan tersebut dicampur hingga merata.
b.
b.30 gr sucrosa ditambahkan ke dalam gelas ukur
dan biarkan sampai homogen.
c.
Aquades ditambahkan ke dalam gelas ukur sampai
volumenya mencapai 1000 ml.
d.
d.pH media diukur dengan pH meter yaitu dengan
memasukkan sensor ke dalam larutan media. Jika kurang dari 5,6-5,8 ditambahkan
larutan NaOH dan jika lebih ditambahkan larutan HCL.
e.
Masing-masing Larutan media dimasak dengan kompor
dan ditambahkan 350 gr agar-agar.
f.
Media dimasukkan ke dalam botol kultur Kira-kira
tingginya 2-3 cm, kemudian botol kultur ditutup lagi.
3. sterilisasi media
a. botol yang sudah
berisi medium, dimasukan kedalam autoklaf untuk disterilisasi pada suhu 1210C
dengan tekanan 15-17,5 psi selama 20 menit.
b. Setelah selesai
sterilisasi, botol disimpan diruangan yang sejuk.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Media
Murashige & Skoog padat.
B. Pembahasan
Pembuatan media harus berdasarkan perhitungan konsentrasi yang tepat.
Karena akan mempengaruhi keberhasilan tumbuh eksplan. Media yang digunakan
merupakan media Ms (Murashige dan Skoog). Pada proses pembuatannya, unsure
makro diencerkan sebanyak 5 kali, unsure mikro 100 kali, stok Fe 200 kali,
vitamin 10 kali, ZPT 100 kali. Ditambakan pula sukrosa yang bertujuan untuk
memberikan bahan baku metabolisme eksplan karena eksplan beum mampu
menghasilkan asimilat seperti tumbuhan pada umumnya. Selanjutnya ditambahkan
pemadat berupa agar “swallow” untuk memadatkan media.
Laritan stok Fe dibuat dengan dilarutkan menggunakan alcohol absolute atau
alcohol 90-96 %. Karena bahan yang digunakan untuk membuatan laruten
stok Fe sukar larut. Atau untuk memudahkan dapat pula dibakar atau dipanaskan.
Pembuatan larutan stok pada dasarnya
ditujukan untuk menyediakan bahan-bahan yang diperlukan pada pembuatan media
dengan konsentrasi yang tepat. Karena media-media yang digunakan pada kultur
jaringan diperlukan unsure-unsur dengan konsentrasi yang sangat kecil. Karena
tidak dimungkinkan menimbang unsure dengan konsentrasi yang sangat kecil, maka
dibuat lah larutan stok dengan menggunakan konsep kalibrasi, sehingga pada
pembuatan media, unsure-unsur tersebut dapat digunakan seusia dengan
konsentrasi yang diinginkan (Sriyanti, 2002).
Seperti halnya peralatan kultur, media
yang digunakan juga perlu dilakukan sterilisasi untuk menciptakan kondisi
lingkungan yang aseptic bagi eksplan. Menurut Anonim (2009) ada beberapa cara sterilisasi media diantaranya
adalah:
A. Sterilisasi Media Menggunakan Autoklaf
Portable, dapat dilakukan dengan prosedur sebaga berikut:
(Pemanasan
menggunakan api)
1.
Isi panci luar dengan air,
kalau dapat dengan aquadest untuk menghindarkan pengendapan Ca yang biasa
terdapat pada air ledeng, sebanyak 1 liter untuk autoklaf kecil, dan 1.5 liter
untuk autoklaf besar
2.
Botol-botol media yang akan
disterilkan, dimasukkan ke dalam panel-dalam. Susun botol-botol tersebut hingga
mencapai permukaan panel.
3.
Atur posisi panci dengan
memperhatikan alur tempat saluran uap yang terdapat pada tutup dan lingkaran
permukaan panci-luar
4.
Tutup dengan erat.
(kencangkan pengunci tanpa menggunakan alat)
5.
Biarkan katup pengeluaran
uap dalam keadaan terbuka.
6.
Letakkan autoklaf di atas
kompor gas atau pembakar Bunsen.
7.
Panaskan sampai air dalam
autoklaf mendidih dan uap mulai keluar dari katup pengeluaran uap.
8.
Biarkan uap keluar selama 5
menit (minimum), untuk mengeluarkan udara mengeluarkan udara yang terperangkap
dalam autoclave.
9.
Tutup katup pengeluaran
uap.
10.
Amati kenaikan temperature
dan tekanan.
11.
Setelah tekanan mencapai 15 psi, api kompor
dikecilkan.
12.
Jaga keadaan tekanan 15 psi ini dengan mengatur
besar kecilnya api kompor secara manual. Selama sterilisasi, jangan
meninggalkan autoklaf dan mengerjakan hal lain diruang lain, karena tekanan
dapat meningkat sampai melewati batas. Keadaan ini berbahaya dan dapat
menyebabkan kerusakan alat.
13.
Setelah waktu sterilisasi tercapai, matikan api
kompor.
14.
Uap dikeluarkan sedikit-sedikit dengan mengatur
katup pengeluaran uap (buka sedikit-sedikit). Jangan sekali-kali membuka katup
dan membiarkan uap keluar sekaligus. Keadaan ini menyebabkan media atau
air bubble up.
15.
Setelah tekanan turun
sampai 0, buka pengunci dan keluarkan panci yang berisi media.
B.
Sterilisasi Aquadest dan Media
Menggunakan Autoklaf Listrik (Digital Atau Non Digital)
Dalam sterilisasi aquadest, lebih
efektif bila digunakan wadah yang mempunyai volume antara 300 – 500 ml. Isi
wadah tersebut sampai 80% volume, dan tutup dengan kertas, serta kencangkan
dengan karet gelang. Media disterilkan dalam autoklaf. Untuk aquadest sebaiknya
dimasukkan dalam wadah kecil misalnya erlemeyer 250 ml dengan isi maksimum 100
ml, agar sterilisasi lebih efektif. Waktu sterilisasi sama dengan waktu untuk
sterilisasi alat-alat waktu 30 menit pada tekanan 15 psi. atau 1 atm. Untuk
media kultur yang tidak mengandung bahan-bahan yang Heat-labile, sterilisasi
dilakukan dengan autoklaf pada temperature 121Oc, tekanan antara 15 psi atau 1
atm dengan waktu antara 20-25 menit tergantung dari volume wadah dan volume
media. Untuk 15-50 ml media dalam tabung reaksi atau botol kecil berukuran
50-100 ml, sterilisasi dilakukan pada tekanan 15 psi dengan waktu 20 menit.
Untuk 20 botol volume 1 liter membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 34 menit,
10 botol volume 2 liter memerlukan waktu 37 menit, 5 botol 4 liter waktu yang
digunakan 52 menit. Dengan waktu yang lebih lama.
Dalam sterilisasi aquadest dan media,
setelah waktu sterilisasi yang diinginkan sudah tercapai, autoklaf tidak boleh
diturunkan tekanannya secara mendadak. Bila tekanan diturunkan mendadak, cairan
didalamnya mendidih dan meluap (bubbled up). Untuk bahan-bahan yang heat-labile
dalam bentuk larutan, sterilisasi dilakukan dengan menyaring larutan melalui
filter yang mempunyai ukuran pori 0.20-0.22 um. Diameter filter yang
bermacam-macam tergantung dari volume larutan yang ingin disterilkan. Untuk
volume larutan 10 ml, dipergunakan filter yang dipasang di ujung jarum suntik.
Bahan yang heat labile antara lain : GA3, Thiamin-HCL, Ca-panthothenate,
Antibiotik: carbenocilin (Anonimous, 2009).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1.
Pembuatan larutan stok
dilakukan dengan mengencerkan menggunakan aquades. unsure makro diencerkan
sebanyak 5 kali, unsure mikro 100 kali, stok Fe 200 kali, vitamin 10 kali, ZPT
berupa IAA dan Kinetin 100 kali.
2.
Pembuatan medium MS
dilakukan dengan mencampurkan stok yang telah dibuat. Untuk pembuatan 1L
medium, maka stok unsure makro diambil sebanyak 100 ml, stok unsure mikro
diambil 5 ml, stok Fe diambil 5 ml, stok vitamin diambil 50 ml, stok ZPT untuk
auksin dan sitokinin masing-masing 1 ml.
3.
Sterilisasi medium dilakukan dengan menggunakan
autoklaf pada suhu 1210C pada tekanan 15-17,5 psi selama 20 menit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar